Thursday 29 March 2018

Usah

Wahai sayang,
Usah kau tangisi nasib yang menimpa mu,
Bukan ia datang bagai musuh,
Tapi hadir untuk menguji.

Duhai sayang,
Kenapa masih bersedih,
Meratapi segala nasib,
Yang tidak jemu mengelilingmu.

Hai sayang,
Berbahagialah dikau,
Ingati lah saat kau gembira,
Kala senyum tabir di bibirmu.

Usah sayang,
Kau terlalu memikir akan nasib malangmu,
Menceriakan hari mereka dengan panggilan mentari,
Namun di hatimu pantang kilat tak lari.

Hei sayang,
Sudahlah engkau begini,
Tiada sapa dari yang lain,
Maka engkau bersendiri.

Cukup sayang,
Sudah tiba kau menghentikan semua ini,
Tiada siapa menghargai dirimu lagi,
Kau sedia tahu apa yang selalu.

Usah sayang,
Biarkan dirimu seperti biasa,
Lantas mereka rasa akan jiwa,
Yang tak pernah wujud atas dasar anggota.

Thursday 22 March 2018

Diri

Dendamku biar kesumat,
Lain ku benci pada lain aku balas,
Seksaku biar dia rasa,
Apa kau pikir aku ini kejam.

Segalanya ku lepas,
Aku tau kau mampu,
Lagu itu cukup untuk menghinamu,
Aku lebih mengenali siapa.

Rintihanmu diendah,
Jeritanmu dibuat pekak,
Tangisanmu seakan irama,
Air matamu sudah mampu diselam lautan.

Aku puas,
Aku ketagih,
Ia seakan rutin ku.

Dengarlah wahai hati,
Apa jasamu pada diri ini,
Hanya memburukkan ragaku,
Mendatangkan bala setimpal padaku.

Ini kejam.

Apa aku seorang saja yang merasainya,
Padalah katanya diri ini punya sembilan nyawa,
Setiap satu dijadikan korban perasaan,
Membunuh biar tidak tinggal kesan.

Friday 9 March 2018

Hargai

Maaf diri,
Aku tak menghargaimu.
Tanpa rasa syukur aku menyeksa mu,
Terlalu pasif aku menjagamu.

Semuanya luar jangkaan ku,
Hargai yang lain walhal bukan milikku,
Aku tak punya semangat untuk menjiwaimu,
Aku merebahkan dirimu terus jatuh.

Aku melukaimu,
Dengan rasa bercampur baur,
Aku menyimpan dendam padamu,
Tanpa rasa ingin meluah,
Aku terlalu kejam kepadamu.

Aku membiarkan mu,
Mendung namun tak berhujan,
Menyuruhmu sentiasa ceria,
Untuk menunjukkan pada yang lain...